Minggu, 21 April 2013

You know better than I

I thought I did what’s right 
I thought I had the answers 
I thought I chose the surest road 
But that road brought me here 

So I put up a fight 
And told you how to help me 
Now just when I have given up 
The truth is coming clear 

You know better than I 
You know the way 
I’ve let go the need to know why 
For you know better than I 

If this has been a test 
I cannot see the reason 
But maybe knowing I don’t know 
Is part of getting through 

I try to do what’s best 
And faith has made it easy 
To see the best thing I can do 
Is put my trust in you 

For You know better than I 
You know the way 
I’ve let go the need to know why 
For you know better than I 

I saw one cloud and thought it was a sky 
I saw a bird and thought that I could follow 
But it was you who taught that bird to fly 
If I let you reach me will you teach me 

For You know better than I 
You know the way 
I’ve let go the need to know why 
I’ll take what answers you supply 
You know better than I

Better Than I - David Campbell

Senin, 21 Mei 2012

untitled

sore ini, hujan tidak turun. hujan yang seringkali jadi teman ketika ingin "menggalau" itu tidak datang.
bukan, bukan berarti aku mengharapkan hujan sore ini. dan bukan juga aku mau "menggalau" karena menunggu hujan. haha. bukan, aku rasa aku hanya ingin memandang hujan di sore yang sangat terang ini.
karena kadang hujan bisa menjadi hal yang sangat mengesalkan. tapi seringkali hujan menjadi teman. seperti sore ini, aku menantikan kehadiran hujan, aku menantikan kehadiranmu, teman. :)

aku merindukan teman. aku merindukan sahabat. aku merindukan kalian.

sore ini, entah kenapa, aku jauh dari kata teman. entah kenapa aku merasa aku bukan seorang teman. bodoh? mungkin. pemikiran yang sangat bodoh, mungkin. tapi apakah pemikiran ini benar? mungkin.

mungkin, ini memang hanya pemikiran bodoh. mungkin, ini hanya perasaan bodoh. mungkin, sangat mungkin, ini hanya karena aku merasa aku teman yang bukanlah seorang teman. mungkin, pemikiran ini benar. paling tidak, benar untukku saat ini. ketika aku merasa aku tak lagi mengerti, atau mencoba mau mengerti. ketika aku merasa kecil, sangat kecil, hingga akhirnya hilang. mungkin, dan hanya mungkin. sekali lagi mungkin.

Jumat, 10 Februari 2012

stupid dream!

hari itu cerah.. aku berjalan dengan seseorang, yang entah siapa, tak kuingat wajahnya..
aku menikmati cerahnya hari, mengambil nafas panjang, sambil mengucap syukur dalam hati..
ada sukacita tak terkatakan saat itu..
menikmati hari, menikmati setiap nafas yang masih berhembus..

tiba-tiba aku sudah berada dalam suatu ruangan yang mirip dengan ruang pengakuan dosa..
kalau mengingat adegan ini membuat tawaku tak berhenti, bodoh, itu yang kupikirkan.. hahahaha..
karena, tiba-tiba, lubang yang biasanya untuk bercakap-cakap dengan pastor itu memunculkan sebuah telapak kaki..
kaget, aku mundur sampai ke pojok ruangan sempit itu..
tapi, wajahmu kemudian muncul.. putih, bersih, tak seperti yang terakhir kuingat ketika melihatmu..
matamu bersinar jenaka, seolah ingin tertawa melihatku ketakutan..
kemudian kamu tersenyum, nakal, seperti yang biasa kamu perlihatkan padaku, kala itu..
bermaksud menggodaku lebih lagi, kamu memenuhi lobang itu dengan wajahmu, tersenyum lebar..
bodoh, aku hanya bisa tertawa melihat kelakuanmu..

seperti anak kecil yang baru saja diberi permen, aku merasakan sukacita luar biasa..
bodoh, karena aku menyadari, perasaanku padamu bahkan belum berubah sampai saat itu..
kita keluar dari ruangan itu bersama-sama, melihatmu lebih jelas lagi.. aku benar-benar tak bisa berhenti tersenyum..
entahlah, apakah karena aku senang melihatmu, ataukah aku menertawakan kelakuanmu, atau melihat badanmu yang semakin berisi sekarang..
bodoh, sekali lagi kubilang pada diriku sendiri sambil tersenyum dalam hati..

adegan berganti, tiba-tiba aku berada di pinggir jalan..
duduk, bersama dengan seseorang yang menemaniku sebelumnya.. melihatmu dengan jelas di sebelahku..
masih benar-benar merasa takjub, bisa melihatmu di situ, dengan matamu yang tak pernah lepas memandangku, tersenyum, tak berhenti menggodaku..
tiba-tiba, kau berdiri, duduk tepat di depanku.. dan berkata..

"kalau selama ini sudah membuatmu menunggu, maaf.."
"kalau selama ini sudah membuatmu bingung, maaf.."
"kalau selama ini aku sudah menyakitimu, maaf.."
"karena sekarang aku tak akan melakukannya lagi, aku tak akan membuatmu menunggu, aku tak akan membuatmu bingung, aku tak akan menyakitimu.. karena sekarang aku sudah tau pasti, kamu dan aku, kita selalu bersama.."

setelah mengucapkannya, kamu tersenyum..
melihatku kebingungan dengan semua perkataanmu, kamu tertawa..
kemudian tiba-tiba kamu meraih tanganku, mengajakku berdiri meninggalkan tempat itu..
kamu tersenyum, tak berhenti memandangku, yang bahkan masih bertanya-tanya.. apa maksud perkataanmu tadi..
tapi melihat tanganmu yang tak pernah melepaskanku, menggenggamnya lebih erat..
aku.. mulai mengerti..
aku.. mulai tersenyum, bahagia..

adegan berganti
aku sedang berada di rumah, tersenyum mengingat setiap kelakuanmu..
tiba-tiba sebuah pesan masuk, darimu, mengabarkan bahwa kau harus pulang pagi ini, tepat pukul 8..
dan jam sudah menunjukkan pukul setengah 8.. bodoh, tak akan ada banyak waktu lagi..
aku bergegas menyiapkan diriku, bingung memilih pakaian apa yang akan kukenakan untuk mengantarmu..
dan waktu, begitu cepat berlalu, ketika tiba-tiba kau menelponku, memberitahu kau sudah pergi..

adegan kembali berganti..
aku menatap langit-langit kosong di atasku..
ku pejamkan mata, dan kubuka mataku lagi, hanya langit-langit yang kulihat..
bukan berada di depan lemari memilih baju seperti adegan terakhirku tadi..
bodoh, ketika aku sadar, ternyata semua itu hanya mimpi..
bodoh, ketika aku memikirkan diriku di tiap adegan mimpi tadi.. yang bahkan ketika aku sadar pun, aku tak akan pernah berani membayangkannya..
bodoh, ketika aku menyadari bahkan sampai saat ini, bayangan dirimu masih ada..
di sini.. di dasar hati ini..